Kita hidup di dunia hanya untuk sementara, yang
terpenting adalah bagaimana kita dapat menjalin sebuah hubungan yang baik
dengan sesama kita manusia melalui sebuah pertemanan. Begitu pula denganku, aku
sangat menghargai arti seorang teman, karena bagiku teman adalah hadiah
terindah yang pernah Tuhan berikan sebagai pendamping hidupku di dunia ini. Tak
ada satupun alasan kita untuk tidak berteman. Untuk itu, jika seseorang ingin
berteman denganmu, baik dia jelek, bodoh, atau miskin, bukalah hatimu juga
untuk berteman dengannya. Ingat, pertemanan yang sukses itu bukan berasal dari
keluarga kaya, pintar, atau tampan/cantik, pertemanan yang sukses itu berasal
dari sikap saling menghargai, mengerti, dan percaya! Carilah teman
sebanyak-banyaknya selama kita masih bisa menghirup nafas kehidupan yang Tuhan
berikan kepada kita. Agar kelak ketika kita sudah tiada lagi di dunia ini, setidaknya
banyak orang yang akan menangisi kepergian kita sekaligus berharap agar kita
diterima di sisi-Nya. “Sebuah pertemanan
diawali dengan pertemuan dan senyuman, kemudian diakhiri dengan perpisahan dan
airmata”
Dalam cerita kali ini, aku akan berbagi kisah hidupku
yang kurangkum untuk kemudian bisa dibaca oleh banyak orang agar kemudian orang
tersebut tahu bagaimana aku mengawali kisah pertemananku dan juga bagaimana aku
mengakhirinya. Dari sekian judul yang terpikir di benakku, aku memilih “Seconds
Before Elementary School Farewell” sebagai judul yang menurutku sangat tepat
untuk kisah hidupku yang satu ini.
SD Swasta Free Methodist 1 Medan adalah tempat di mana
aku memulai pendidikanku. Saat itu aku ditempatkan di kelas IC. Di awal masuk
sekolah, aku sangatlah gugup, aku malu berjumpa dengan orang-orang baru yang
sangat asing bagiku. Saat itu aku belum sadar kalau aku akan bersama dengan
mereka selama 6 tahun. Awalnya aku duduk sebangku dengan teman sepermainanku di
rumah yang kebetulan teman sekelasku, namanya Pesta Ria Nababan, kami
memanggilnya Susan. Selama dua minggu, aku hanya berteman dengan Susan, tidak
memperdulikan teman-temanku yang lain. Hingga akhirnya aku mengenal Herman
Lumbantoruan yang kemudian menjadi teman dekatku. Sejak saat itu, aku mulai
membuka hatiku untuk berteman dengan yang lain, ada beberapa teman sekelasku
yang akhirnya kukenal di luar sekolah, contohnya Kristi Emelia Pasaribu, aku
mulai berteman dekat dengannya di sekolah setelah aku mengenalnya di gereja,
saat itu kami ada kegiatan menggambar bersama bagi anak sekolah minggu, saat
itulah dia kemudian menyapaku dan senyum padaku, kemudian aku balas menyapanya
sambil tersenyum pula.
Saat caturwulan tiga di mulai, di saat itulah aku
mengenal Billy Andreas Parangin-angin, dia merupakan siswa pindahan dari
sekolah lain. Sebelum Billy masuk, kami juga mendapatkan teman baru yang juga
merupakan siswa pindahan dari sekolah lain, namanya Melania Regina Pasaribu.
Aku masih ingat, di awal mereka bergabung dengan kami, Ibu Simanjuntak yang
merupakan guru kelas IC dan IIC, selalu menempatkan siswa baru sebangku
denganku, mungkin karena aku merupakan siswa yang paling mudah bergaul pada
saat itu.
Di tahun keempat aku bersama teman-temanku, aku mulai
bisa mengerti sifat dan sikap mereka. Aku membatasi pertemananku bagi sebagian
orang yang menurutku kami tidak cocok sama sekali, selalu berbeda pendapat, dan
tidak satu pikiran. Di tahun keempat juga aku mulai mengenal kata sahabat. Aku
bersahabat dengan Billy, Melani, Kristi, Artia, Vriscilya, Christian, dan
Susan. Aku merasa cocok dan nyaman berteman dengan mereka. Aku masih ingat
beberapa kenangan yang menurutku spesial dari mereka satu per satu.
Billy, dari awal kamu bergabung dengan kami, khususnya
sebangku denganku, aku bisa merasakan sisi baikmu. Aku masih ingat, di pagi
hari saat kamu datang ke sekolah dalam keadaan sakit flu, sebelum ibumu pulang
sehabis mengantarmu, dia memberikanmu obat sirup, kemudian memberikannya juga
padaku. Kita pun semakin dekat sejak saat itu. Hari-hari kita lalui bersama,
aku sering bermain ke rumahmu untuk bermain mobil Tamiya, karena pada saat itu
kamu memiliki jalur khusus mobil Tamiya di rumah. Kemudian sejak sekolah kita
membuat lapangan basket, kita jadi sering bermain basket di sekolah dengan bola
basket yang kamu miliki, meskipun hanya berdua. Aku masih ingat kita sering
bermain sepeda bersama di siang hari, pernah tukaran binder, mengikuti kegiatan
berenang dari sekolah di Kolam Renang Kartika dengan Pak Habeahan, kita
bukannya berenang, malah saling gendong-menggendong di kolam, mencolek paha
beberapa teman cewek kita sambil tertawa. Aku masih ingat itu semua. Aku juga
masih ingat sebelum akhirnya kamu pergi ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahmu
di sana, kita semakin dekat dan sering
bertemu, sebuah pertanda akan ada perpisahan. Aku sangat merindukanmu sobat.
Melani, banyak hal positif yang kudapat sejak aku
mengenalmu. Tulisanku saat ini dikatakan orang rapi, itu semua karena aku
pernah menjadikanmu sebagai motivasi dalam hidupku. Aku meniru tulisanmu ketika
kita masih duduk sebangku di caturwulan dua. Aku masih ingat kita sering pulang
jalan bareng sejak kamu tidak lagi naik becak langgananmu. Terkadang kita
sengaja lewat Jl. Kemuning untuk bisa memperlama percakapan kita. Hal itu kita
lakukan selama setahun lebih. Aku juga masih ingat kalau aku pernah cinta
samamu. Aku masih ingat kalau kamu pernah memberikanku uang seribu rupiah yang
kemudian kusimpan di sebuah kotak perhiasan sebagai kenang-kenangan dari cewek
yang merupakan cinta pertamaku, tapi aku tidak tahu lagi di mana uang tersebut
karena kotak perhiasan itu hilang. Aku juga masih ingat ketika aku datang ke
rumahmu, kau mengajakku ke belakang rumahmu untuk melihat beberapa domba
peliharaan keluargamu. Aku kangen bisa membicarakan segalanya denganmu seperti
dulu.
Kristi, bagiku kamu memang orang yang baik dan ramah.
Aku masih ingat ketika aku datang membawa teman-temanku tahun-baruan ke
rumahmu, kamu menyambut kami dengan senyummu, mempersilahkan kami masuk,
menyediakan banyak makanan dan minuman. Aku juga masih ingat ketika
perpustakaan daerah di depan rumahmu baru dibuka, kamu mengajak kami teman
sekelasmu, untuk datang berkunjung ke sana. Sebelum kita ke perpustakaan, kita
masak indomie di rumahmu, naik ke atas rumahmu sambil bercerita dengan
teman-teman yang lain. Aku juga masih ingat, di tahun terakhir kita bersama,
saat itu kita pergi bersepeda di siang hari yang terik bersama Billy, Susan,
dan Melani. Saat itu sepedaku rusak, jadi aku menumpang dengan salah satu dari
kalian. Awalnya aku bersama Susan saat itu, kemudian kita semua pergi ke Jl.
Lembaga Permasyarakatan-Sukadono, mengunjungi rumah David dan Vriscilya, teman
sekelas kita yang merupakan tetangga dekat. Kemudian kita pergi menuju bihara
Katolik Tanjung Gusta bersama mereka, kita habiskan waktu selama berjam-jam di
sana. Kemudian ketika ingin pulang, akhirnya aku menumpang di sepedamu. Saat
itu tiba-tiba ban sepedamu kempes di daerah simpang Tanjung Gusta, kita
ketinggalan jauh dari teman-teman kita.
Untuk mempercepat waktu, kita terpaksa ganti-gantian mengendarai sepeda
tersebut, satu orang di sepeda, yang satu lagi berjalan cepat. Aku minta maaf
karena merepotkanmu saat itu. Mungkin kalau saat ini hal itu terulang lagi, aku
tidak akan pernah membiarkanmu berjalan, aku akan membiarkanmu di sepeda
tersebut agar kamu tidak lelah. Aku sangat merindukanmu.
Artia, aku masih ingat ketika pembagian raport, kita
pasti sudah bisa menduga kalau ranking kita akan berdampingan. Jika kamu
ranking 5, aku ranking 6, jika aku ranking 7, kamu ranking 8. Aku juga masih
ingat tulisanmu yang lucu dan unik. Aku sangat merindukan kebersamaan kita.
Christian, banyak hal yang kita lakukan di kelas IV.
Kamu sering datang ke rumahku pada saat itu untuk sekedar bermain. Kita pernah
tidur siang bersama di rumahku, makan indomie bersama, juga bermain
layang-layang. Sederhana memang, tapi aku masih mengingat semua hal itu.
Vriscilya, suaramu yang indah mampu membuat semua
pendengar terpukau. Aku masih ingat ketika Natal sekolah kamu menyanyikan
sebuah lagu rohani sambil menangis, pertanda bahwa kamu sangat mendalami lagu
tersebut. Aku masih ingat dulu ibumu setiap harinya antar-jemput kamu dan
adikmu. Aku juga masih ingat kalau saat itu ibumu sering mengajakku bercanda.
Aku masih ingat ketika kita latihan dance di rumah David dan semua kenangan
yang ada di dalamnya. Aku merindukanmu.
Susan, ada apa denganmu sobat? Kenapa kamu sombong
sekali sekarang? Aku sangat merindukan kebersamaan kita, aku sangat merindukan
curhatanmu tentang cowok yang kamu cintai, aku juga masih ingat dulu kita
sering bermain sepeda ke mana saja kita ingin pergi. Aku masih ingat dulu ibumu
selalu melarangmu bermain denganku tapi kamu malah mengatakan, “Udah ta, gak
usah kau dengarkan orang kek gitu.” Aku masih ingat itu semua Susan! Tapi
kenapa sekarang kamu berbeda? Tidakkah kamu merindukan kebersamaan kita?
Di kelas VI, aku juga bergaul dengan siswa kelas lain.
Aku mengenal Daniel, Budi, Tito, Nanda, dan Rico yang kemudian menjadi teman
dekatku juga saat itu. Aku masih ingat kalau kami sering berkunjung ke rumah
Daniel untuk bermain PlayStation, makan, atau bermain smackdown di kamar Daniel.
Aku juga masih ingat ketika kami bermain TopScore, siapa yang kalah satu poin,
dia harus membuka salah satu pakaiannya. Jadi jika kalah beberapa poin, orang
yang kalah tersebut harus membuka beberapa pakaian yang digunakannya. Saat itu
aku kalah banyak poin, memaksaku untuk membuka hampir seluruh pakaianku, hingga
akhirnya permainan usai setelah yang tertinggal dariku hanyalah celana dalam
saja. Meskipun aku selalu kalah, aku tetap merindukan permainan ini. Aku masih
ingat ketika ketika main hide and seek di sekolah kalau guru les tidak masuk. Budi
yang mendapatkan hadiah berupa uang dari Sir Marpaung karena memiliki score
yang bagus saat kuis, dan kemudian membagikan uang tersebut kepada kami, teman
dekatnya. Aku juga masih ingat ketika Daniel dan Budi tidak saling bercakapan.
Aku bingung berpihak pada siapa, hingga akhirnya aku dominan memilih Budi saat
itu. Aku juga masih ingat, sebelum kita melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah
Pertama (SMP), kita membuat acara perpisahan kecil-kecilan, masak bakwan di
kantin Nanda. Bakwan yang kita masak terlalu manis, membuat kami cepat bosan
dan kenyang. Aku juga masih ingat ketika aku dan Tito menghadiri acara sunatan
Nanda. Kami hanya bisa tertawa melihat keadaan Nanda yang menahan sakit karena
biusnya sudah hilang. Nanda juga bercerita, saat itu perawat yang ikut serta
dalam penyunatannya sangatlah cantik, itu membuat dia terangsang hingga dokter
tertawa melihatnya. Akhirnya karena sudah hampir larut malam, sekitar jam 21.00
WIB, aku dan Tito hendak pulang ke rumah masing-masing. Kami tak mengira
sebelum pulang ke rumah, ayahnya Nanda memberikan kami nasi kotak.
Ada begitu banyak cerita di antara kita yang pernah
terjalin. Kini semua tinggal kenangan. Biarlah tulisan ini mengingatkan kalian
bahwa hingga saat ini aku masih sering merindukan kebersamaan yang pernah kita
lalui. “Teman yang baik akan meninggalkan
kenangan yang baik pula”
Dedicated
for :
1. Ibu Simanjuntak
2. Pak Habeahan
3. Herman Lumbantoruan
4. Billy Andreas Parangin-angin
5. Melania Regina Pasaribu
6. Kristi Emelia Pasaribu
7. Artia Uli Sinaga
8. Vriscilya Panjaitan
9. Christian Sibuea
10. Pesta Ria Nababan
11. Daniel Simangunsong
12. Budi Talambanua
13. Tito
14. Dian Ananda
15. Rico Hutauruk